KOMPONEN KEHIDUPAN YANG BAIK DALAM FILSAFAT
A.
PRINSIP DASAR HIDUP
YANG BENAR
Agar hidup kita
bahagia, perlu kita miliki beberapa prinsip hidup:
Menempatkan rasa
aman dan harapan pada Tuhan.
Kita harsu memilki
sasaran yang tepat dalam hidup.
Kita juga perlu
memiliki pola pikir yang benar.
Menghargai dan
menjujung tinggi harkat dan martabat orang lain,
Membiasakan diri
mencintai sesama manusia
Sabar dan selalu
bijaksanan dalam menghadapi masalah dan penuh perhitungan dalam mengambil
keputusan
Mempunyai hubungan
yang baik sesama manusia
Peka terhadap
rangsangan dan mampu menahan emosi dan perasaan
Dapat mengendalikan
diri yang menunjukan kematangan dan kedewasaan dalam bertindak.
Memilik kesadaran
cinta tanah air dan bangsa.
Patuh dan taat
kepada allah, agar menjadi manusai beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa.
Melatih dan
membiasakan diri dalam hidup dan pergaulan yang bersiasat demokratis.
Ada pun prinsin
hidup yang baik yaitu :
©
Sebaik-baik manusia
adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi manusia yang lain. [Hadist
Nabi]
©
3 Poin penting dalam
melakukan sesuatu:
mulai dari diri
sendiri
mulai dari yang
kecil
mulai dari sekarang
©
Berusahalah
memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada posisi orang yang
bersangkutan
©
Apabila dinasehati
janganlah melihat oleh siapa kita dinasehati dan bagaimana orang tersebut
menasehati, tetapi perhatikan apa isi nasehat dan mengapa orang menasehati
(jangan siapa & bagaimana, lihat apa & mengapa).
©
Waktu tidak akan
pernah berhenti, maka pergunakanlah sebaik-baiknya! Proyeksikanlah
kegiatan-kegiatan kita dalam rencana-rencana, karena gagal merencanakan sama
dengan merencanakan kegagalan.
©
Jangan menyakiti
orang lain jika kita sendiri tidak mau disakiti. Yang hina itu bukan orang yang
dihina tapi orang yang menghina.
©
Ingat 5 perkara
sebelum 5 perkara:
Sehat sebelum
sakit;
Muda sebelum tua;
Kaya sebelum
miskin;
Lapang sebelum
sempit;
Hidup sebelum Mati;
©
Nikahilah wanita
karena 4 perkara: karena harta bendanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Utamakanlah wanita yang taat kepada agamanya, niscaya kamu akan
bahagia
©
Ojo Cedhak Kebo
Gupak (Jaga jarak dengan orang/ hal-hal yang dapat mendatangkan madharat).
©
Beritahu aku
temanmu akan kuberitahu siapa dirimu!
©
Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
©
Dalam menjalani
hidup kejarlah hal-hal yang pasti terjadi, insya Allah hal-hal yang mungkin
terjadi dapat kita raih.
©
Apabila kita
menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak, selesaikanlah
masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting belum tentu mendesak.
©
Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah: 5-7]
©
Orang sukses
mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak dikerjakan oleh orang-orang
gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu suka mengerjakannya. Namun
ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.
©
Orang yang berbakat
gagal adalah orang yang mencari-cari alasan atas kegagalannya, sedangkan orang
yang berbakat sukses adalah orang yang mencari alasan bagaimana bangkit dari
kegagalannya.
©
Janganlah kita
melihat tokoh dalam mencari kebenaran, tetapi selamilah kebenaran itu sendiri
niscaya kita akan mengetahui siapa tokoh di baliknya.
©
Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui. [QS Al-Baqarah: 216]
©
Perumpamaan orang
yang bertakwa dalam bertingkah laku adalah seperti berjalan di jalan yang lurus
namun banyak duri yang berserakan.
©
Jangan biasakan
berprasangka, sebab sebagian besar prasangka adalah dusta.
©
Dalam berusaha
lihatlah orang yang nasibnya lebih bagus dari kita (orang di atas kita), namun
dalam hasil lihatlah orang yang nasibnya lebih buruk dari kita (orang di bawah
kita).
©
Aku telah belajar
untuk diam dari orang yang banyak omong, belajar toleran dari orang yang tidak
toleran, dan belajar menjadi ramah dari orang yang tak ramah; namun, sungguh
aneh, aku tak berterima kasih pada orang-orang ini.
©
Hiduplah sesukamu
tapi engkau pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi pasti engkau dibalas (menurut
perbuatanmu itu); cintailah siapa saja tapi engkau pasti akan berpisah
dengannya.
©
Barang siapa
bershalat dalam sehari-harinya duabelas rekaat maka dibangunlah untuknya sebuah
rumah di surga; yaitu empat rekaat sebelum Dhuhur, dua rekaat sesudahnya, dua
rekaat sesudah Maghrib, dua rekaat sesudah Isya’ dan dua rekaat sebelum shalat
Fajar. [HR. Turmudzi]
B.
PENTING KEHIDUPAN
YANG BENAR BAGI KEHIDUPAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Dalam
kehidupan manusai di perlukan pendidikan agar tercapai kehidupan yang benar dan
hal-hal yang harus di lakukan adalah ;
v
Memelihara kesucian
diri bauk jasmani dan rohani
v
Menanamkan
kedisipilnan hidup baik terhadap diri maupun terhadap keluarga
v
Memelihara kerapian
diri sebagai memperserasika adanya disiplin pribadi dan keharmonisan pribadi.
v
Bersikap tenang dan
terburu-buru
v
Menjaga keutuhan
dan kebulatan serta kesinambungan dan mewujudkan pembinaan konseptual
nila-nilai dan moral dalam kehidupan sehari-hari
Hidup
dengan benar ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani
kehidupan pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang
tinggi dapat menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh
perilaku terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan
standar menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal
4:18-19, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian
bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti
kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”
PENTING KEHIDUPAN YANG BENAR BAGI
KEHIDUPAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN
1.
Kita kini hidup di
era yang menganut nilai relativisme, suatu masa di mana berlaku ungkapan,
“Tidak ada kemutlakan!” Dalam banyak hal, garis pemisah antara kebenaran dan
kekeliruan telah menjadi kabur, jika tidak ingin dikatakan terhapus sama
sekali. Tetapi, jauh di dalam lubuk hati, kebanyakan dari kita masih tetap
dapat membedakan mana yang benar dan yang salah – paling tidak dalam beberapa
aspek kehidupan.
2.
Misalnya, tidak ada
satu pun di antara kita yang rela seseorang mengambil sesuatu yang menjadi
milik kita. Kita tidak suka dibohongi, dan ketidakjujuran cenderung
menghancurkan hubungan di tempat kerja, di rumah, dalam jalinan persahabatan,
dan dalam organisasi kemasyarakatan. Tak seorangpun dapat menerima apabila
kerusakan mesin mobil dijadikan alasan pengalih kecerobohan pengemudi mabuk
yang mengakibatkan seseorang cedera atau meninggal dunia. Kita sepakat
memandang sebagai hal yang tercela, bila seorang eksekutif menjual rahasia
perusahaan demi keuntungan pribadi. Atlet yang “bermain sabun” merekayasa skor
pertandingan juga dikategorikan melakukan tindakan yang salah. Dan masih banyak
hal salah lainnya yang dapat kita sebutkan. Mungkin tidak semua orang
sependapat dalam setiap kasus, namun tampaknya kita semua mempunyai perasaan
naluriah mengenai cara yang benar menjalani hidup – apa yang oleh Alkitab
disebut sebagai, “kebenaran”.
3.
Memandang perasaan
tersebut secara positif, menyebabkan kebanyakan dari kita sependapat bahwa
menolong seseorang yang sedang menghadapi masalah kesehatan, keuangan atau
masalah-masalah lain adalah hal yang “benar”. Jika kita melihat seseorang
sedang berada dalam ancaman serangan secara fisik, adalah tindakan tepat jika
kita menolong orang tersebut. Demikian juga, kebajikan dan kasih, serta kalimat
penghiburan dan dukungan, kita anggap sebagai hal yang “benar” dan dibutuhkan.
4.
Namun, dalam banyak
aspek kehidupan masalah benar dan salah tidak selalu dapat dengan mudah
dibedakan. Lalu bagaimana kita merumuskan apa yang diperlukan untuk membangun
suatu “hidup yang benar” manakala hal yang awalnya terpisah secara jelas dalam
pola hitam-putih bergeser menjadi daerah “abu-abu” yang meragukan? Kitab Amsal
memang tidak secara eksplisit memberikan panduan rinci menghadapi setiap
kondisi, namun Kitab ini menyediakan prinsip dan panduan yang sangat membantu,
yaitu:
5.
Hidup dengan benar
ditandai oleh pemilihan jalan yang benar. Seseorang yang menjalani kehidupan
pribadi dan pekerjaannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat
menjadi inspirasi bagi kita. Tidak jarang kita berusaha mencontoh perilaku
terpuji para tokoh panutan karena bagi kita mereka telah meletakkan standar
menjalani kehidupan dengan benar. Seperti diungkapkan dalam Amsal 4:18-19,
“Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang
sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka
tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”
6.
Hidup dengan benar
berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan untuk
melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang
karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen
untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang
sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan.
Sebagaimana dicatat dalam Amsal 4:26-27, “Tempuhlah jalan yang rata dan
hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri,
jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”
7.
Hidup dengan benar
membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima tidak selalu merupakan hasil
hubungan sebab-akibat – yaitu kita menerima imbalan yang baik sebagai hasil
melakukan sesuatu yang benar – sering juga imbalan dari menjalankan hidup yang
benar kita terima dalam wujud yang kelihatan. Di samping imbalan nyata, kita
juga berkesempatan mengenyam perasaan bebas dari rasa bersalah, kepuasan karena
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan rasa hormat dari rekan sekerja
sebagai “imbalan”. Hal ini ditulis dalam Amsal 21:21, “Siapa mengejar kebenaran
dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan”.
8.
Hidup dengan benar
tidak dibangun di atas dasar perasaan. Ungkapan masa kini berbunyi, “Jika Anda
rasa baik, lakukan saja.” Emosi, tidak selalu dapat diandalkan. Emosi tak
jarang memberi arahan yang keliru. Amarah dapat menyebabkan kita menyerang
seseorang, dan itu bukan hal yang benar. Mungkin perasaan bahwa besar gaji yang
kita terima tidak memadai itu benar, tetapi tidak berarti kita diperkenankan
mencuri uang perusahaan. Amsal 16:25 mengingatkan: “Ada jalan yang disangka
lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”